Kesenjangan Generasi antara Boomer, Gen X, Milenial, dan Gen Z di Tempat Kerja
Generation gap atau kesenjangan generasi masih menjadi topik hangat di dunia profesional. Perbedaan etos kerja antar generasi menjadi diskusi, terutama di sosial media. Generasi Z (Gen Z) menjadi sorotan utama dalam topik tersebut.
Banyak profesional dari generasi Boomer, Gen X, dan Milenial mengeluhkan pengalaman kerja dengan Gen Z. Mereka menggambarkan Gen Z sebagai pemalas, beretos kerja rendah, hingga kurang memiliki sopan santun.
Data dari laporan Gallup mendukung persepsi ini bahwa 54% Gen Z dan milenial muda merasa tidak terlibat dalam lingkungan kerja. Mereka sering merasa kurang terhubung dengan rekan kerja, manajer, atau atasan.
Melalui artikel ini, Talent Insider akan membahas penyebab dan solusi untuk menjembatani kesenjangan generasi.
Kesenjangan Generasi: Topik Lama yang Kembali Mencuat
Diskusi tentang perbedaan etos kerja bukanlah hal baru. Sebelum Gen Z, generasi Milenial pernah menghadapi kritik serupa. Pada tahun 2013, majalah TIME menyebut generasi milenial sebagai “Me Me Me Generation”, karena dianggap narsis, egois, dan terlalu percaya diri akibat teknologi.
Bahkan dalam dunia kerja, milenial dahulu juga dicap sebagai “pemalas.” Hal ini dikarenakan milenial mengalami peningkatan harapan hidup yang begitu cepat dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka dapat menunda pilihan hidup karena dapat memilih opsi karier yang beragam, salah satunya pekerjaan di sosial media. Hal ini berkat teknologi dan kemampuan untuk terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia.
Namun, kritik ini sering kali hanya mencerminkan perubahan zaman. Kini, Gen Z menghadapi stigma serupa. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan generasi adalah siklus yang berulang setiap kali generasi baru masuk ke dunia kerja.
Mengapa Kesenjangan Generasi Terjadi?
Kesenjangan generasi bisa terjadi akibat berbagai faktor, seperti:
Perbedaan Nilai dan Pengalaman Hidup
Penelitian oleh Pew Research Center mengatakan bahwa setiap generasi memiliki pengalaman hidup yang unik dan terbentuk oleh sosial-politik pada masa itu.
Sebagai contoh:
- Generasi Baby Boomer (kelahiran antara 1946 – 1964) dipengaruhi oleh peristiwa seperti Perang Dunia II dan periode pemulihan ekonomi pasca-perang.
- Generasi X (kelahiran antara 1965 – 1979) tumbuh dengan orang tua bekerja atau latchkey kids, melihat awal globalisasi, dan mengalami krisis ekonomi.
- Generasi Milenial (kelahiran antara 1980 – 1994) tumbuh di era teknologi digital yang pesat.
- Generasi Z (kelahiran antara 1995 – 2009) mengalami fase perubahan dunia kerja akibat pandemi COVID-19.
Perbedaaan dalam pengalaman hidup ini menciptakan nilai, perspektif, dan preferensi dalam dunia kerja.
Gaya Komunikasi dan Preferensi Kerja
Menurut Deloitte, generasi muda cenderung menggunakan teknologi digital seperti pesan teks, email, dan platform kolaborasi untuk komunikasi. Sebaliknya, generasi lebih tua merasa lebih nyaman dengan komunikasi tatap muka atau telepon.
Selain itu, Gen Z dan milenial cenderung menginginkan umpan balik yang cepat dan apresiasi instan, sementara generasi lebih tua fokus pada kualitas kerja dan loyalitas terhadap organisasi.
Menjembatani Kesenjangan Generasi di Tempat Kerja
Para pemimpin di tempat kerja dapat mengatasi kesenjangan generasi dengan pendekatan yang lebih personal.
Para pemimpin harus terlibat secara aktif dalam percakapan dengan para anggota tim untuk membangun hubungan yang lebih dalam, melampaui topik terkait pekerjaan. Jenis pendekatan ini meletakkan dasar ‘keintiman profesional’ sehingga pemimpin mengetahui apa yang diinginkan, dibutuhkan, yang memotivasi, dan dihargai oleh karyawan.
Untuk memudahkan dalam proses pendekatan tersebut, pemimpin harus memahami bahwa setiap karyawan, sebagai manusia, memiliki tiga keinginan dasar:
1. Manusia ingin diperhatikan
Berikan perhatian tulus pada pendapat dan pandangan setiap karyawan. Hal ini menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk berbagi ide tanpa rasa takut.
2. Manusia ingin dihormati
Hargai kerja keras karyawan dengan mengakui kontribusinya, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, dan memberikan apresiasi atas proyek yang mereka tangani.
3. Manusia ingin tumbuh
Bantu karyawan mengembangkan keterampilan atau pencapaian yang mereka inginkan, baik secara finansial maupun personal. Jika mereka tidak merasa berkembang, mereka akan mencari peluang di tempat lain.
Kepemimpinan yang inklusif melampaui stereotip generasi. Dengan memahami nilai dan kebutuhan unik setiap generasi, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan harmonis.
Bangun Kepemimpinan yang Unggul
Kemampuan kepemimpinan adalah kunci untuk mengatasi kesenjangan generasi di tempat kerja. Investasikan waktu dan sumber daya untuk membangun keterampilan kepemimpinan dalam organisasi Anda.
Ingin tahu strategi yang tepat? Konsultasikan kebutuhan Anda secara GRATIS dengan Talent Insider!
Pelajari selengkapnya di https://learning.talentinsider.com/